Publikasi

Koalisi Masyarakat Sipil Hadirkan Praktik Baik dari Anak-anak dan Pemuda untuk Pengurangan Risiko Bencana di GPDRR 2022

Koalisi Masyarakat Sipil Hadirkan Praktik Baik dari Anak-anak dan Pemuda untuk Pengurangan Risiko Bencana di GPDRR 2022

JAKARTA, 22 Mei 2022 – Sebagai generasi penerus bangsa, anak-anak dan pemuda memiliki banyak potensi dalam pemanfaatan teknologi dan pengembangan inovasi, termasuk untuk upaya-upaya pengurangan risiko bencana (PRB).

Dalam Global Platformfor Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 pada 23-28 Mei mendatang di Bali, perwakilan anak-anak dan orang muda anggota Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR akan hadir untuk berbagi praktik baik dan merintis kolaborasi demi mendobrak keengganan berbagi informasi (silo). “Pada masa di mana terjadi banyak silo, pemuda adalah pihak yang paling terhubung, inovatif, dan fleksibel dalam melakukan kerja sama lintas batas. Kerja sama ini dapat mengakhiri siklus kerja-kerja yang diatur secara berlebihan dan minim pengarahan dalam setiap silo. Maka, mengadvokasi partisipasi dan pengakuan atas perwakilan pemuda adalah hal yang genting,” papar Hanif Sulaeman, Co-lead U-INSPIRE Indonesia, Minggu (22/5), dalam acara Global Youth Platform for Resilience and Climate Action 2022 di Ibis Styles Bali Benoa Hotel, Bali.

Selaras dengan tema GPDRR 2022 yaitu “Dari Risiko ke Resiliensi”, anak-anak dan pemuda meyakini pentingnya partisipasi inklusif untuk resiliensi berkelanjutan. Mereka pun berpesan pada Pemerintah Indonesia agar anak-anak dan orang muda senantiasa
dilibatkan dalam upaya PRB maupun penanggulangan bencana, tidak hanya sebagai peserta namun juga mitra dalam kolaborasi antarpemangku kepentingan. Pesan ini tertuang dalam Pernyataan Anak-anak dan Pemuda Indonesia yang menjadi delegasi
Indonesia dalam GPDRR 2022. Dalam Pernyataan tersebut, anak-anak dan pemuda menyampaikan enam komitmen
mereka untuk upaya-upaya PRB maupun penanggulangan bencana. Yang pertama adalah meningkatkan kapasitas pengetahuan dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan, ilmu rekayasa, teknologi, inovasi dan seni. Kedua, mendukung pemerintah sebagai garis depan inisiator komunikasi PRB melalui media digital dan media kreatif lainnya.

Ketiga, melakukan perubahan gaya hidup yang mendukung kelestarian lingkungan sebagai wujud mitigasi bencana di masa depan. Keempat, menciptakan sinergi antarorganisasi anak dan pemuda dengan berkontribusi dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi pencapaian Kerangka Kerja Sendai untuk PRB 2030. Kelima, berpartisipasi dalam penanggulangan bencana sebagai katalisator dalam perwujudan resiliensi bencana. Keenam, melakukan advokasi dan terlibat aktif dalam proses pengambilan kebijakan kebencanaan yang bersifat inklusif.“Anak dan Pemuda menegaskan bahwa PRB bukan hal yang bisa dilakukan dalam sekali
beres, tetapi perlu menjadi pola hidup yang dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Basitha Septia Wibowo, salah satu dari 15 anggota delegasi anak dan pemuda Indonesia untuk
GPDRR 2022.Dari hasil audiensi dengan pemerintah pada 9 Mei lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyambut baik pesan dari anak-anak dan pemuda. Pernyataan Anak-anak dan Pemuda Indonesia pun akan turut dibawa oleh delegasi Indonesia sebagai lampiran dari kertas posisi untuk GPDRR 2022.

Tak hanya secara tertulis, perwakilan anak-anak dan pemuda Indonesia juga akan hadir di GPDRR 2022 secara fisik maupun daring. Di Innovation Platform, mereka ikut berpameran sebagai bagian dari Youth & Young Professionals Innovation for DRR.
Sementara itu, di Rumah Resiliensi Indonesia, mereka akan tampil di Panggung Resiliensi, acara bincang-bincang (talk show), maupun Panel Pameran mewakili organisasi anak - anak dan pemuda seperti U-INSPIRE Indonesia, Masyarakat Penanggulangan Bencana
Indonesia (MPBI), Preparedness for Disaster Toolkit (PREDIKT), Wahana Visi Indonesia, Save the Children, Yayasan Plan International Indonesia, dan United Nations Children's
Fund (UNICEF). Di Panggung Resiliensi, perwakilan anak-anak dan pemuda akan mengangkat tema yang beragam. Contohnya, pada 24 Mei, Save the Children akan mendiskusikan partisipasi
anak dalam mitigasi dan adaptasi krisis iklim. Pada 26 Mei, giliran PREDIKT memaparkan tentang pendidikan kesiapsiagaan bencana melalui board games. Sementara itu, UINSPIRE akan membahas desentralisasi pengetahuan untuk desa tangguh bencana pada
28 Mei